Senin, 13 Agustus 2012

Jathilan Pengging Turonggo Yudho.

Kesenian tradisional jathilan  saat ini sudah mulai timbul tenggelam tergerus oleh arus globalisasi jaman . Begitu juga dengan kesenian jathilan yang ada didusunku, dikatakan hidup tapi jarang manggung,dikatakan mati ya masih sesekali tampil ( walaupun saat hari ulang tahunnya saja ditampilkan).
yach.........menurut aku ,  paling tidak masih dapat dinikmati walaupun hidup enggan mati tak mau. Memang dusunku ini adalah  dusun produktif,dari kesenian  , perdagangan, pertanian sampai pendidikan anak usia dini dapat  dinikmati dengan baik. Masyarakat disini sangat terikat pada hubungan kekerabatan alias paguyuban . Inilah sisi enaknya hidup di pedesaan. Ayem .......kata orang jawa !

Kesenian jathilan Pengging Turonggo Yudho, begitu nama yang akrab ditelinga masyarakat dukuh XIV.Hari ini, kelihatannya pak Suro sudah membolak-balik kuda kepangnya yang akan dibuat manggung saat hari peringatan 17 Agustus. Sesekali pak Jumeno ikut memukul gong dan kimpul sehingga menarik anak-anak kecil yang sudah akrab dengan bunyi-bunyian gamelan jathilan. 

Gustam  yang juga murid paud sekarsari sangat berbakat menarikan tari kuda lumping, terbangun begitu mendengar bunyi gamelan dan lari menuju rumah pak Sudiyo tempat perkakas jathilan disimpan.Ya Gustam memang anak yang berbakat dibidang kesenian , ia mampu menarikan gerakan sulit dan mengikuti ketukan lagu dengan benar,walaupun ia saat ini  masih 4 tahun . Luar biasa!

Didusunku ini banyak anak-anak lain seperti Gustam, empat,lima bahkan ada sepuluh yang mampu menari jathilan dengan sempurna. Menurutku anak-anak ini pandai karena bakat yang diturunkan kedua orang tuanya atau memang pandai karena saking seringnya melihat orang tuanya menari dan bermain gamelan. Entahlah.......!

Dari kesenian jathilan ini jugalah  mampu mempersatukan masyarakat dari generasi tua laki perempuan ,muda-mudi  dan anak-anak. Padahal kalau ditelaah lebih lanjut, kesenian ini sangat sarat dengan nuansa mistis.
 Pernah kualami sendiri saat aku menjadi pendega (ketua ) kegiatan hari Ibu dan memang aku juga salah satu anggota kelompok jathilan ,yang pada kegiatan saat   itu warga minta diramaikan dengan kesenian jathilan dan lomba-lomba lainnya. 

Jam sepuluh pagi kesenian jathilan sudah mulai, anak-anak menari kuda lumping pada babak pertama, babak selanjutnya tari kuda lumping yang ditari kaum remaja.Dan lebih serunya lagi saat babak ketiga saat tari celeng ( babi hutan ) diperagakan oleh peceleng ndadi (kesurupan )....... seneng tapi ngeri!.
"Itulah nikmatnya melihat jathilan "kata mbah Mintar .Ia seorang wanita yang juga sering menjadi pawang jathilan.

Tidak jauh dari tempat itu, aku enak-enak melihat sambil bergurau dibelakang  pak polisi- polisi dari polsek , dikejauhan terlihat  arak-arakan . Tiba-tiba jantungku berdebar-debar jangan-jangan ia datang padaku.........!
Betul tidak meleset dugaanku.......! ternyata arak-arakan Gustam dan kawan-kawannya mengikuti si celeng yang mencari aku. Rasanya jantungku mau copot, tanganku gemetar..... ya baru kali inilah pengalamanku didatangi penari jathilan yang lagi kesurupan. 

Ia, bersimpuh didepanku sambil mengulurkan tangan kirinya,sedang tangan kanannya disembunyikan dibelakang, kulihat mata penari itu melotot padaku. Mau tidak mau aku harus menerimanya.......karena kata pawangnya, hanya akulah yang bisa mengobatinya sehingga ia dapat sadar kembali.

Tanganku diraihnya dan ia membimbingku ketengah arena jathilan. 
Sambil kupejamkan mataku aku berdoa" ya Tuhan segera sembuhkan peceleng ini agar ia tidak kerasukan  jin,setan dan kuntilanak  kembali " .
Peceleng itu juga minta syarat ,saat ia akan disembuhkan minta  diiringi dengan pukulan  kendang dengan nada tinggi.  ke empat pawang langsung meng iyakan .
Saat aba-aba tiba dari sang pawang ,hentakan suara kendang dan jeritan sang penari melengking , kontan terlepaslah peganganku  disertai  hempasan  tangan  penari yang cukup keras juga. 
Badannya terhempas lemas lunglai dan  sadarlah  ia ...........!

Menurut pandangan saya  , kesenian jathilan di dusunku patutlah di jaga kelestariannya . Jangan biarkan punah dimakan waktu, hanya secara tampilannya masih perlu dibenahi agar saat dinikmati penonton ,tari jathilan dapat lebih variatif dan modern, hal ini juga  sesuai dengan penikmat seni  yang menginginkan polesan tari tradisional menuju ke seni kontemporer.

Kepada Gustam dan Gustam-Gustam yang lain, galilah bakat dan minatmu .Kelak dari bakat yang muncul itulah bisa jadi: " bakat jadi profesi"  atau "profesi yang didasari dari  bakat  dan minat". 
Huwak .......e. Hokya......Hokaya!..........








  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar